Sebagaimana diulas dalam tulisan sebelumnya, negeri Indonesia adalah negeri dualisme yang saling bertolak belakang namun hidup berdampingan. Nyaris tidak ada negeri di dunia ini yang sepadan dengan Indonesia untuk tingkat dualismenya. Di luar sana, dualisme ini ada di dua tempat yang berbeda, entah itu lokasi, lembaga atau personal. Namun di Indonesia dua hal yang bersifat bertolak belakang ini menyatu di satu tempat, satu lembaga dan satu negara.
Ojek, sebagai kendaraan dan angkutan informal yang biasa dijumpai di jalan ternyata juga tidak lepas dari dualisme ini. Negeri Indonesia memiliki dua jenis atau dua kubu ojek, pertama adalah ojek pangkalan dan kedua adalah ojek online.
Ojek pangkalan atau biasa disingkat opang adalah jenis tukang ojek yang selalu terlihat mangkal atau bermarkas di pinggir jalan, biasanya di ujung jalan. Sebagaimana predikatnya, semua tukang ojek ini mangkal atau bergerombol di satu tempat, biasanya berbentuk seperti pos kamling atau tenda rakitan untuk menunggu penumpang menghampiri. Sistem kerjanya adalah penumpang yang menghampiri si tukang ojek ini di tempat oangkalnya dan kemudian diantarkan ke lokasi tujuan. Jarak yang dijangkau oleh ojek pangkalan ini juga tidak terlalu jauh, biasanya hany sekitar komplek perumahan dan paling jauh hanya di lingkungan luar sekitar komplek itu. Hal ini menyebabkan beda perumahan beda pula ojek pangkalannya, bahkan ada yang beda gang beda ojek pangkalannya. Ojek pangkalan tidak mengenal perusahaan, mereka biasanya membentuk semacam paguyuban atau perkumpulan yang namanya diambil dari nama komplek lokasi markas mereka sebagai wadah mempersatukan kegiatan mereka. Oleh karenanya mereka tidak mengenal seragam identitas perusahaan dan kesehariannya biasa berpakaian bebas. Ojek yang bersifat tradisional dan amatir ini sudah ada lebih dahulu di Indonesia dan sudah sangat lama beroperasi di jalan.
Selanjutnya adalah ojek online atau biasa disebut ojol. Jenis ojek ini muncul belum lama di jalanan Indonesia, merupakan bentuk modern di luar ojek pangkalan. Ojek online ini sangat berbeda dengan ojek pangkalan dalam beroperasi. Ojek online menggunakan aplikasi yang terinstal di smartphone untuk melayani penumpang. Mereka juga memiliki mobilitas sangat tinggi, tidak mengenal pangkalan tetap dan memiliki jangkauan sangat jauh bahkan hingga antarkota. Mereka tidak bergantung pada lokasi perumahan dan pemukiman seperti ojek pangkalan. Perbedaan lain yang sangat mencolok adalah ojek online ini berada dalam naungan manajemen perusahaan khusus transportasi ojek dan memiliki seragam saat beroperasi berupa jaket dan helm sebagai identitas perusahaan yang menaunginya. Ojek online ini juga memiliki layanan lebih luas selain mengantar penumpang, yaitu sebagai pengantar barang, makanan dan lain sebagainya.
Kehadiran dua ojek dengan sifat berlawanan ini membuat persaingan di jalanan makin panas. Seringkali terdengar bentrokan besar antara ojek online dengan ojek pangkalan atau terjadi blokade lokasi dimana ojek online dilarang memasukinya. Hal ini disebabkan oleh benturan kepentingan. Ojek pangkalan merasa terancam karena penumpangnya banyak yang beralih ke ojek online dan dari pihak ojek online pun merasa terancam jika mereka harus menjemput atau mengantar penumpangnya ke kawasan pemukiman yang ada markas ojek pangkalannya.
Perbedaan dua sisi yang berlawanan ini mengingatkan kita akan liga sepakbola era silam yang juga terbagi menjadi Perserikatan dan Galatama. Akankah nasib opang yang tradisional amatir dan ojol yang modern profesional akan dilebur seperti Perserikatan dan Galatama dilebur menjadi Liga Indonesia ?
0 comments:
Posting Komentar