Gue mau bahas tentang dunia komika nasional yang baru - baru ini gue ikutin. Di layar kaca kita udah sering lihat kompetisi komika yang digelar, sebut aja SUCA dan SUCI yang menelurkan banyak komika baru dan menarik.
Terlebih yang bisa kita lihat di kanal Youtube, dimana semua penampilan open mic komika itu bisa kita puter kapanpun kita mau.
Namun diantara mereka semua, terdapat dua komika yang menurut gue paling menonjol dari segi materi dan penyampaiannya. Dua komika ini secara kebetulan punya dua sisi yang sangat menarik buat dikomparasikan.
Dua komika ini adalah Pandji Pragiwaksono dan Cak Lontong.
Pandji Pragiwaksono |
Cak Lontong |
Mari kita lihat keunikannya.
Pandji Pragiwaksono
Komika satu ini terlihat sangat energik, muda dan berapi - api. Lawakannya pada saat open mic sangat terlihat geloranya, dan satu ciri khas yang sangat terlihat, komika ini sangat kuat pada sisi pengetahuan sosial.
Saat menikmati open micnya, kita akan melihat dua sisi sekaligus, seorang komika dan seorang aktivis sosial. Kita akan disuguhi pengetahuan baru, kisah baru dan aktivitas baru yang terjadi atau yang sedang hits. Menariknya, kisah - kisah itu bukan kisah kaleng - kaleng.
Sebut saja kisah pelanggaran HAM, kisah legalisasi ganja, kisah regulasi prostitusi dan sederet kisah yang materinya sangat berbobot, cenderung sensitif dan sangat "berbahaya" untuk diucap di publik.
Namun komika ini tetap melaju dengan pedenya membawakan materi stand up semacam itu. Kecerdasannya sangat terlihat saat membawakan materi "superbahaya" itu. Dan ajaibnya, semua tersampaikan dengan lugas tanpa kehilangan sisi lucunya. Kita tetap bisa tertawa pecah sambil terhenyak dengan pengetahuan baru dari materi stand upnya.
Komika ini juga punya panggung sendiri dalam karirnya. Dia punya agenda stand up World Tour ke kota - kota besar di seluruh dunia. Disana dia tampil di atas panggung di hadapan ratusan penonton yang memadati pertunjukannya. Tiket masuknya sangat laris dan penontonnya penuh memadati dan tentu saja, tawa penonton pecah dan di saat bersamaan materi yang dalam dan sensitif tetap ter-deliver dengan sangat apik.
Cak Lontong
Berbeda dengan Pandji yang muda dan energik, komika satu ini terlihat senior dan tenang. Perawakannya yang tambun dan lucu juga jadi ciri khasnya saat tampil di panggung.
Tak ada ekspresi energik atau gerakan cepat, namun kita akan disuguhi kalimat - kalimat yang pasti memutar balikkan alur berpikir orang kebanyakan. Ya, komika ini memang sangat menonjol dalam hal mempermainkan kata dan kalimat.
Tenang membawakan materi namun sangat kuat dalam hal penempatan kata dan kalimat hingga tiba - tiba kita tak sadar tawa sudah pecah. Tiba - tiba kita tertegun karena kalimat yang dibawakan adalah kalimat umum tapi dengan makna yang baru.
Cak Lontong memang tidak menawarkan pengetahuan panas atau gerakan bergelora, tapi dia menawarkan nada bicara yang kalem dan kedalaman kalimat yang tak pernah diduga sebelumnya. Orang mengistilahkannya dengan kemampuan silogisme.
Komika ini tidak punya panggung pribadi atau pertunjukan antarkota, tapi komika ini adalah langganan tamu istimewa di tempat - tempat besar. Sebut saja di kementerian, di kampus, di TNI, di asosiasi profesi hingga di salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia. Komika ini dengan sangat cerdas mampu membuat para tokoh nasional yang biasanya sangat serius menjadi tertawa pecah dengan olahan materi lawakan silogismenya.
Dwitunggal Komika Indonesia
Kedua komika itu adalah dua pertunjukan yang paling sering gue saksikan baik di televisi maupun di Youtube. Keduanya punya kecerdasan sangat jauh di atas rata - rata namun di saat bersamaaan punya ciri khas yang sangat berbeda satu sama lain.
Yang satu ahli panggung, yang satu tamu istimewa, yang satu ahli isu sosial, yang satu ahli teknik silogisme, yang satu relatif muda, yang satu lebih senior, dan yang pasti mampu melucu hingga pecah dan menghentak alam pikiran secara bersamaan.
Menurut
gue, kedua komika ini adalah komika terbaik dan tercerdas yang dimiliki
Indonesia saat ini, dan mungkin juga cocok untuk disematkan gelar
dwitunggal komika Indonesia.
0 comments:
Posting Komentar